Ransiki News – Komandan Garda Dunia kembali menahan napas. Jumat pagi (13/6/2025), Israel secara terbuka melancarkan serangan udara terhadap Iran, menargetkan fasilitas nuklir dan markas militer utama. Serangan ini tidak hanya mengguncang daratan Iran, tetapi juga menimbulkan efek domino ke seluruh kawasan dan pasar global.
Korban paling mencolok dari serangan ini adalah Mayor Jenderal Hossein Salami, Komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC). Ia tewas setelah markas besar IRGC dihantam langsung rudal Israel, sebagaimana dilaporkan kantor berita Tasnim dan dikonfirmasi oleh media internasional seperti AFP.
“Menyerang Jantung Nuklir Iran”
Dalam pernyataannya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut operasi ini sebagai upaya untuk “menyerang jantung program pengayaan nuklir Iran.” Fasilitas utama di Natanz, yang dikenal sebagai pusat dari program nuklir Iran, menjadi sasaran langsung. Selain itu, sejumlah ilmuwan nuklir yang diduga terlibat dalam program tersebut juga menjadi target.

Netanyahu menegaskan bahwa operasi ini tidak akan berhenti dalam satu malam. “Kami akan terus menyerang selama diperlukan,” ujarnya.
Baca Juga : Klasemen F1 2019 Usai Bottas Menangi GP Australia
Seorang pejabat keamanan Israel menyebut bahwa Kepala Staf Iran, Mohammad Bagheri, kemungkinan besar ikut tewas, meskipun belum ada konfirmasi resmi dari Iran.
Serangan Balasan Menghantui
Tak lama setelah serangan, Israel mengumumkan keadaan darurat nasional. Wilayah udaranya ditutup, dan sistem pertahanan udara berada dalam status siaga tertinggi. Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, menyatakan bahwa serangan balasan Iran hampir pasti akan terjadi.
“Rudal dan drone Iran bisa meluncur kapan saja. Kami siap,” ujar seorang pejabat militer Israel.
Dari sisi Iran, media pemerintah melaporkan ledakan dan kobaran api di berbagai lokasi penting, termasuk ibu kota Teheran dan fasilitas nuklir di Natanz. Beberapa permukiman sipil juga terkena dampak, menewaskan wanita dan anak-anak. Negara itu kini dirundung duka sekaligus kemarahan.
Langit Ditutup, Dunia Guncang
Situasi mencekam tak hanya dirasakan di Iran dan Israel. Irak ikut menutup wilayah udaranya, dan bandara internasional Imam Khomeini di Teheran menghentikan semua penerbangan. Negara-negara di kawasan pun bersiaga, takut akan meluasnya konflik.
Efek langsung terasa di pasar global. Harga minyak melonjak hingga 8%, sementara indeks saham utama di dunia langsung anjlok tajam.
Respons Dunia: AS Menjaga Jarak, Tapi Tetap Waspada
Presiden AS Donald Trump, yang sebelumnya memperingatkan kemungkinan serangan, mengakui bahwa tindakan Israel bisa mengganggu—atau justru mempercepat—kesepakatan nuklir yang tengah dinegosiasikan.
“Saya tidak ingin mereka menyerang, tapi mungkin ini bisa membantu. Atau justru sebaliknya,” katanya ambigu saat berbicara di Gedung Putih.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio memperingatkan Iran agar tidak membalas dengan menyerang kepentingan Amerika di kawasan. “Kami tidak terlibat. Dan Iran harus tahu, menyerang personel atau pangkalan AS akan memicu konsekuensi serius,” katanya dalam pernyataan tegas.
Dunia di Ujung Krisis Baru?
Serangan Israel terhadap Iran kali ini bukan sekadar manuver militer. Ini adalah babak baru dalam konfrontasi jangka panjang antara dua kekuatan regional yang saling curiga. Iran, dengan ambisinya di bidang nuklir, dan Israel, dengan ketakutannya akan eksistensial, kini membuka kemungkinan konflik yang jauh lebih luas.
Pertanyaannya kini bukan lagi apakah Iran akan membalas, tetapi kapan dan seberapa besar.
Catatan akhir: Dunia menyaksikan dengan tegang. Langit Timur Tengah kembali dipenuhi api dan abu. Ketegangan antara dua negara ini tidak hanya berisiko mengguncang kawasan, tapi juga menyeret dunia menuju potensi krisis global berikutnya.